Deliserdang – Wacana pergantian seragam sekolah yang sedang bergulir memicu kekhawatiran di kalangan pelaku usaha konveksi, terutama bagi para penjahit seragam sekolah. Irawadi (47), pengusaha konveksi di Jalan Datuk Kabu, Pasar III, Tembung, mengakui bahwa usahanya mengalami penurunan permintaan yang signifikan.
Irawadi, yang akrab disapa Dot, telah menjalankan usaha konveksi selama hampir 15 tahun. Namun, belakangan ini, ia menghadapi tantangan besar akibat ketidakpastian terkait wacana perubahan seragam sekolah.
“Permintaan baju seragam sekolah menurun drastis karena isu pergantian seragam oleh pemerintah. Selain itu, sistem pemasaran semakin sulit, karena banyak grosir yang memilih sistem konsinyasi,” ungkapnya pada Sabtu (5/10/2024).
Dot menekankan perlunya sosialisasi dari pemerintah untuk memberikan kepastian kepada pelaku usaha. Ia berharap ada dukungan dari kementerian terkait dalam menghadapi kondisi sulit ini.
Selain itu, ia juga mengeluhkan kenaikan harga bahan baku kain yang memperburuk situasi. “Harga kain terus naik, tetapi penjualan tidak sebanding. Kami berharap ada pengawasan dari pemerintah terkait kenaikan harga bahan baku,” tambahnya.
Sementara itu, Aria Jaya (40), pedagang grosir seragam sekolah di Pusat Pasar Medan, turut mengeluhkan penurunan omset hingga 80 persen. Menurutnya, wacana pergantian seragam menjadi faktor utama yang membuat masyarakat menunda pembelian.
“Kami berharap pemerintah segera memberikan kepastian terkait seragam sekolah, karena dampaknya sangat besar bagi pedagang seperti kami,” ujarnya.
Para pelaku usaha konveksi kini berharap adanya kebijakan pemerintah yang dapat meringankan beban, termasuk penurunan harga bahan baku serta bantuan dalam aspek pemasaran. (Bustami)