Medan – Nasib tragis kembali menimpa anak-anak Palestina di tengah konflik berkepanjangan yang melanda wilayah Gaza. Dalam sebuah insiden memilukan yang dilaporkan oleh sejumlah media internasional, seorang bocah bernama Amir menjadi korban kebrutalan tentara Israel setelah menerima bantuan makanan dari petugas kemanusiaan.
Peristiwa itu terjadi ketika Amir, yang diperkirakan berusia 10 tahun, dengan penuh rasa hormat mencium tangan seorang relawan seusai menerima paket makanan. Tak berselang lama, suara tembakan menggema di kawasan tersebut, dan peluru menghantam tubuh mungil Amir hingga ia meregang nyawa di tempat. Kejadian ini menambah panjang daftar korban jiwa, khususnya anak-anak, dalam konflik yang terus memburuk di Jalur Gaza.
Menyikapi tragedi ini, Ketua Lembaga Pemantau Pemilu dan Pemerintah Sumatera Utara (LP3SU), Salfimi Umar, mengecam keras tindakan militer Israel yang dinilainya tidak manusiawi dan melanggar prinsip-prinsip hukum internasional.
“Sungguh kejam tindakan tentara Zionis Israel terhadap warga Palestina, khususnya anak-anak. Di mana peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai organisasi dunia? Bila benar ada ‘polisi dunia’, mengapa pembantaian ini terus terjadi tanpa sanksi yang tegas?” ujar Salfimi Umar dalam pernyataan resminya. Pada Sabtu, (02/08/2025).
Menurut Salfimi, situasi di Palestina sudah tidak bisa lagi dianggap sekadar konflik sengketa wilayah. Ia menyebut apa yang terjadi di Gaza sebagai bentuk nyata genosida. upaya sistematis untuk menghapuskan eksistensi bangsa Palestina dari muka bumi.
“Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 jelas ditegaskan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Sudah saatnya pemerintah Indonesia bersikap lebih tegas dengan mendesak PBB menjatuhkan sanksi kepada Israel atas kejahatan kemanusiaan yang terus mereka lakukan,” lanjutnya.
LP3SU, kata Salfimi, menyatakan kesiapan untuk memberikan dukungan moral dan logistik kepada rakyat Palestina. Selain itu, pihaknya juga mengajak seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk bersatu dalam solidaritas kemanusiaan.
“Kami akan segera menggalang dana kemanusiaan demi meringankan penderitaan rakyat Palestina yang saat ini berada dalam kondisi kelaparan dan trauma. Kepedulian dari masyarakat Indonesia sangat dibutuhkan,” kata Salfimi.
Rencananya dalam waktu dekat, LP3SU berencana menyalurkan hasil donasi tersebut melalui lembaga internasional yang memiliki afiliasi dengan PBB, seperti UNESCO, agar bantuan dapat diterima secara merata dan tepat sasaran oleh warga terdampak di Palestina.
“Kami mengimbau masyarakat Indonesia yang peduli dan prihatin terhadap penderitaan saudara-saudara kita di Palestina untuk turut serta berdonasi. Bantuan tersebut bukan hanya berupa materi, tetapi juga merupakan bentuk nyata solidaritas dan kemanusiaan,” tutupnya.
Tragedi yang menimpa Amir menjadi simbol dari penderitaan anak-anak Palestina yang hidup dalam bayang-bayang konflik bersenjata. Dunia internasional diharapkan tidak tinggal diam, karena setiap nyawa yang hilang adalah pengingat bahwa perdamaian masih jauh dari genggaman jika keadilan tidak ditegakkan. (Bustami).