Ditulis oleh: Dr. Hendri Tumbur Simamora, SE, M.Si.
Politik uang, yang sering terjadi dalam Pemilihan Umum (Pemilu) maupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), adalah masalah serius yang belum sepenuhnya disadari oleh sebagian besar masyarakat. Padahal, praktik ini memiliki dampak yang sangat merusak bagi masa depan bangsa.
Dr. Hendri Tumbur Simamora, SE, M.Si, mengungkapkan pentingnya menolak politik uang dalam pemilihan kepala daerah. Meskipun tergoda oleh keuntungan sesaat, politik uang adalah jebakan yang hanya akan membawa kehancuran dalam jangka panjang.
Apa yang dimulai dengan amplop berisi beberapa lembar uang sering berakhir dengan lima tahun penderitaan bagi rakyat.
Mimpi Demokrasi yang Dijual Murah
Politik uang mengorbankan hak rakyat untuk bermimpi. Suara yang seharusnya menjadi instrumen perubahan kini diperdagangkan seolah-olah itu barang yang bisa ditawar di pasar loak. Dalam sistem demokrasi yang sejati, pemimpin dipilih berdasarkan kemampuan dan visi mereka, bukan karena siapa yang dapat membayar lebih tinggi.
Pemimpin Tanpa Kapasitas
Seorang pemimpin yang terpilih melalui politik uang cenderung akan memimpin dengan cara yang sama, yaitu dengan uang, bukan dengan hati. Ketika kompetensi dan integritas diabaikan demi amplop, masyarakat kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pemimpin yang dapat membawa perubahan positif.
Rakyat Dijadikan Tumbal Pengembalian Modal
Politik uang bukanlah sekadar transaksi politik. Itu adalah investasi calon pemimpin, yang harus “dibayar kembali” oleh rakyat melalui proyek fiktif, infrastruktur setengah jadi, dan pelayanan publik yang stagnan. Saat calon pemimpin mengeluarkan miliaran rupiah untuk membeli suara, siapa yang akan menanggung biaya sesungguhnya? Tentu saja, rakyat.
Korupsi yang Mengakar
Politik uang adalah pintu gerbang menuju korupsi. Dari manipulasi anggaran oleh pejabat hingga kebijakan yang menguntungkan pengusaha tertentu, hasil akhirnya selalu sama: rakyat yang menjadi korban. Uang yang seharusnya digunakan untuk kepentingan publik malah mengalir ke kantong segelintir orang.
Ironi Rp273 per Hari
Jika suara Anda dihargai Rp500.000 untuk lima tahun masa jabatan, itu hanya setara dengan Rp273 per hari. Dengan uang sebanyak itu, Anda bahkan tidak bisa membeli segelas kopi, tetapi Anda menyerahkan masa depan Anda untuk itu. Ketika harga suara menjadi serendah ini, apa artinya harga diri Anda?
Politik Uang: Bukan Sekadar Amplop, Tapi Perampasan Masa Depan
Politik uang lebih dari sekadar menerima atau menolak uang dalam amplop. Itu adalah siklus penghancuran yang dimulai dengan ketidakpedulian rakyat dan berakhir dengan runtuhnya nilai-nilai demokrasi. Ketika Anda menerima uang itu, Anda tidak hanya menjual suara Anda, tetapi juga menjual:
Hak anak Anda untuk pendidikan yang layak. Kesempatan keluarga Anda untuk mendapatkan layanan kesehatan yang baik.
Kemungkinan desa Anda untuk berkembang dengan infrastruktur yang memadai.
Realitas Biaya Politik Uang
Bayangkan sebuah daerah dengan 141.000 Daftar Pemilih Tetap (DPT). Jika seorang kandidat memberi Rp500.000 kepada 80.000 pemilih, mereka harus mengeluarkan Rp40 miliar.
Biaya ini belum termasuk kampanye dan operasional lainnya. Dengan pengeluaran sebesar itu, apakah masuk akal jika pemimpin tersebut akan mengutamakan kepentingan rakyat selama menjabat? Nyatanya, mereka akan lebih sibuk mencari cara untuk mengembalikan modal mereka melalui proyek-proyek yang menguntungkan segelintir orang.
Paradoks Memilih dengan Uang
Politik uang adalah paradoks paling kejam: uang yang Anda terima hari ini untuk memilih seorang pemimpin akan kembali menghantam Anda dalam bentuk ketidakadilan, kemiskinan, dan ketertinggalan. Amplop yang Anda terima hari ini mungkin cukup untuk memenuhi kebutuhan sementara, tetapi harga yang Anda bayar adalah lima tahun penderitaan yang tidak berujung.
Mengapa Menolak Politik Uang adalah Revolusi
Menegakkan Martabat Rakyat
Suara Anda adalah cerminan martabat Anda. Dengan menolak politik uang, Anda mengembalikan nilai demokrasi sebagai alat perubahan, bukan alat transaksi.
Mencegah Korupsi yang Sistemik
Politik uang adalah akar dari korupsi. Dengan memutus mata rantainya, Anda membantu menciptakan pemerintahan yang lebih transparan dan akuntabel.
Memastikan Masa Depan yang Layak
Dengan memilih pemimpin yang benar-benar kompeten, Anda memastikan pembangunan berkelanjutan untuk anak-anak Anda.
Pernyataan Perlawanan
Kami, rakyat Humbang Hasundutan, dengan tegas MENOLAK segala bentuk politik uang. Kami MEMILIH pemimpin yang memiliki integritas, rekam jejak, dan visi nyata untuk kemajuan daerah.
Kami BERKOMITMEN untuk melindungi masa depan kami dari kepentingan sesaat. “Amplop putih mungkin menggoda, tetapi kehancuran yang dibawanya tidak sebanding dengan harganya.” (Soni).